Senin, 01 Agustus 2016


ANALISIS STRUKTUR DALAM CERPEN “MENDEKAP TAKDIRMU” KARYA HANAFI AKBAR

A.  Deskripsi Data
a.      Biografi Tokoh
1.      HANAFI AKBAR
               Nama lengkap Mohamad Hanafi bin Mohd Akbar tanggal lahir 7 Februari 1995 tempat lahir Singapore dia pemainbola singapura yang bermain sebagai playmaker untuk S.League Klub Balestier Khasal.
 Karier :
               Hanafi mewakili tim nasional di Olimpiade 2009 Asian Youth Singapura di bawah-14, dan merupakan bagian dari tim di bawah-15 nasional yang meraih medali perunggu di Olimpiade Youth Summer 2010. 
               Di bawah pengaruh perusahaan yang buruk, Hanafi melewatkan pelatihan dan ditinggalkan olahraga selama dua tahun setelah Olimpiade Pemuda.  Dia meninggalkan Football Academy Nasional pada bulan Agustus tahun 2013 dan menandatangani kontrak dua tahun dengan S.League klub Balestier Khalsa tiga bulan kemudian.
Hanafi Akbar Mahasiswa Pascasarjana Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Negeri Yogyakarta. Penikmat sastra.

Sinopsis cerpen
Ahmad syahroni ialah lelaki yang di jodohkan oleh kiai Mutzir  yaitu ayah dari Aisyah Latifah. Ahmad merupakan santri kebanggaan kian dan yang di percayai. Mereka dijodohkan lalu menikah.Ahmad tidak pernah sama sekali menyesali dengan perjodohan ini.karna ia tau betul dengan siapa ia menikah walaupun dengan kondisi Aisyah yang lumpuh total. Aisyah di sini mempunyai tiga bersaudra ke dua saudranya sudah menikah dan tentu mendahuluinya.
Walaupun banyak cibiran untuk Ahmad karena orang sekitarnya menganggap ia menikahi Aisyah hanya karena ingin kedudukan. Namun disamping itu Ahmad tidak mempedulikan dan hanya bersifat huznuzon kepadsa yang mencibirnya tersebut. Aisyah sangat menginginkan keturunan ia selalu bangun malam untuk solat lalu berdoa agar segera di beri keturunan dan ketika Ahmad mengetaui keinginan istrinya tersebut Ahmad memberikan nasehat untuk Aisyah karena Allah mencintai orang-orang yang sabar. Aisah sangat beruntung memiliki suami seperti Ahmad karena ia mencintainya dan bisa menerima keadaannya yang lumpuh total.



B.     Analisis Data
1.    Cerpen “mendekap takdirmu” karya Hanafi Akbar
a.    Struktur Cerpen
1)   Alur
Untuk menemukan struktur alur yang digunakan oleh pengarang di dalam cerpen ini, peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam cerpen. Rangkaian peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Keberadaan tokoh Ahmad Sahroni yang tidak pernah menyesali menikahi Aisyah Latifa sembari membersihkan kedua kaki istri nya.
2.        Aisyah lathifah seorang istri yang di nikahinya 6 bulan yang lalu yang sama sekali tidak pernah percaya akan menjadi teman hidupnya.
3.        Ahmad Syahroni adalah santri kebanggaan Kiai Mudzir. Kebanggaan yang mencuat dari dada sang kiai bukan karena kecerdasan dalam dirinya.
4.        Ketertarikan sang kiai karena kepatuhannya serta hormat-takzimnya kepada sang kiai yang begitu dimiliki oleh santri lainnya.
5.      Lalu Kiai Mundzir menjodohkannya dengan putrinya, Aisyah Lathifah dengan Ahmad Syahroni santri kepercayaan kiai.

6.        Aisyah mempunyai tiga bersaudara dan kedua adiknya itu sudah menikah dan memilih pasangan hidupnya sendiri.
7.        Bukan karena kecantikan yang dimiliki Aisyah atau bukan karena kecerdasannya sebagai putri sang kiai, melaikan ketidak tarikan lelaki kepadanya lantaran ia tidak memiliki fisik yang noramal, kedua kakinya lumpuh total.
8.        Awalnya Ahmad Syahroni terkejut dengan usaia nya yang masih muda dan belum mempunyai pekerjaan tapi ia mengikuti dan menikahi putri sang kiai.
9.        Dan dia juga mendengar cerita dari kiai dan membuat ia yakin dengan keputusannya tersebut.
10.    Cibirandatang setelah ia menikahi putrid sang kiai yang berangkapan ia menikahi Aisyah hanya karena kekuasaan dan di sebut sebagai santri penjilat yang akan di nobatkan sebagai pengganti kewajiban kiai dan pemangku pondok pesantren nya.
11.    Namun Ahamad mencoba menyikapi nya dengan enteng, selalu berhusnuzhan dengan sifat ketidakingintahuan ats apa yang di cibirkan tentang nya.
12.    Waktu menunjukkan sepetiga malam Aiyah selalu bangun untuk bersedekap dan melantunkan ayat-ayat suci dengan tersendu-sendu, terdiam,kemudian menitikkan telaga beningnya mengrapkan keturunan dari hasil buah cintanya terhadap Syahroni.
13.    Ahmad Syahroni pun mendekap tubuh sang istri dari belakang, mengusap air mata istrinya dengan member arahan-arahan yang positif dan berkata”Allah tau segalanya dek” Bukankah Allah berjanji tidak memperlambat doa hamba-Nya dan membuat mereka putus asa.
14.    Yang membuat aisayah tenang, ia bersyukur Allah mengirimkan lelaki yang menerima apa dan bagaimana keadannya.

                    
1                                                           14
 


Bagan diatas urutan cerpen “Mendekap Takdirmu”
         
                       
      Cerpen ini terdiri dari 14 sekuen yang pada saat penceritaan dan tidak terdapat sekuen pada sorot balik. Maka jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur maju. Pada bagian awal cerpen ini terlihat awal perjodohan Ahmad Syahroni dengan Aisyah yang di jodohkan oleh kiai yaitu ayah dari Aisyah sendiri.  Terlihat tidak ada penyesalan Ahmad Syahroni menikahi Aisyah walupun dengan kekurangan nya yang dengan kedua kaki nya yang umpuh total. Walupun dengan cibiran yang di lemparkan orang terhadap dirinya namun Ahmad tidak terlalu mempedulikan hal tersebut dan selalu bersikap positif. Terlihat rasa syukur Aisyah mendapatkan lelaki yang bisa menerima apa dan bagaiman keadaanya.






2)   Penokohan
a.    Ahmad Syahroni
Ahmad merupakan Ahmad Syahroni adalah santri kebanggaan Kiai Mudzir. Kebanggaan yang mencuat dari dada sang kiai bukan karena kecerdasan dalam dirinya. Intelektualitas yang dibanggakan oleh pembual parung waktu. Bukan pula ketampanan yang membuat kedua mata perempuan asyik memandang terperangah. Santri yang berprestasi sangat taat dan nurut terhadap kian, saat kiai memintanya untuk menikahi putri nya Aiayah dengan tidak memikirkan tentang kekurangan Aisyah dengan kaki yang lumpuh total
. “Aku tidak pernah menyesal menjadi suamimu, bidadariku,” seuntai kalimat yang meluncur tulus dari bibir Ahmad Syahroni menghujam dada sang istri sembari membersihkan kedua kakinya dengan penuh cinta. Tidak memperdulikan cibiran yang di lemparkan ke dirinya ia tetap sabar dan tidak mengambiltahu semuanya.

b.   Kiai Mudzir
  ialah ayah Aisyah yang di jodohkan dengan Ahmad kiai ini seorang yang sangat berpengaruh di pesantren yang  sedang di duduki Ahmad.
“Mad. Bapak mau cerita sama kamu,” ujar sang kiai kepada Ahmad Syahroni.
“Dulu ada seorang pemuda saleh dan sangat taat kepada Tuhannya dan mencintai agamanya dengan sepenuh hatinya. Tetapi, sang pemuda tersebut memiliki wajah buruk dan dipandang menjijikkan bagi yang memandangnya. Ia kemudian menikah dengan seorang perempuan yang sangat cantik, memiliki fisik yang sempurna, dan sangat anggun.  Keduanya berjalan-jalan menikmati udara pagi. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang ulama yang berpengaruh di desanya. Ulama memandangi kedua pasangan ini sambil tersenyum-senyum. Perempuan tersebut lantas terlihat risih dengan sikap sang ulama, dan bertanya, ‘Maaf, Tuan. Apa maksud tatapan seperti itu?’
Sang ulama menjawab, ‘Tidak ada maksud apa-apa. Maaf saudari. Mengapa Anda mau menikah dengan pemuda yang sangat beruntung ini?’ Perempuan tersebut dengan spontan menjawab, ‘Aku adalah perempuan yang kotor dan penuh dengan dosa, Allah menjadikannya imam hidupku sebagai penjemput pahalaku serta menjadikanku sebagai karunia atas ketaatannya kepada-Nya’.”
Dari cerita di atas kiai berusa menjelaskan tentang apa itu kehidupan yang tidak seharusnya kebagaian hanya di miliki oleh orang-orang yang sempurna fisik atau yang terlihat saja. Kiai bukan orang yang sembarangan memilih akan tentang kebaikan yang di ikuti dengan kenyataan nya.



c.   Aisayh Lathifah
 merupakan putri pertama dari kiai Mudzir yang di nikahkan dengan Ahmad Syahroni seseorang yang penurut,  taat agama nya dan seseorang yang sangat bersyukur dengan adanya laki-laki yang dapat menerima keadaanya dengan kaki yang lumpuh total.
Aisyah membaca ayat 7-8 surah Maryam itu dengan tersedu-sedu, terdiam, kemudian menitikkan telaga beningnya yang tak sempat diusapnya. Sudah sekian malam sang istri terus melantunkan ayat itu. Tak lama ia terdiam sambil mengusap air matanya. Ia tak tahu ihwal apa yang membuat sang istri begitu hanyut dengan ayat yang dibacanya. Muncullah dalam benak Ahmad untuk segera menenangkan hati sang istri tanpa harus bertanya mengapa dan bagaimana. Ayat yang dibacanya sudah menggerakkan hatinya. Aisyah begitu sangat mendambakan keturunan dari hasil buah cintanya selama ini.
Berdasarkan teks diatas terlihat bahwa aisyah seseorang yang sabar, mempercayai akan kebesaran Allah SWT akan memberikan yang telah diusakan dan mendengar setiap doa hambanya.





3)   Latar
Ruang lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa itu berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan; melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam latar itu. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh di dalam cerpen ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a.    Latar tempat
Pesantren merupakan tempat awal terjadinya dalam cerpen. Dipesantren tersebut pengarang menggambarkan keberadaan tokoh serta peristiwa yang dialami oleh para tokoh.  Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Di pesantren awal kiai mengatakan tentang rencana perjodohan dengan putrinya, Aisyah Lathifah. Entah apa yang membuat sang kiai menaruh kepercayaan kepada Syaroni untuk menjadi imam hidup putrinya. Rasanya tidak lazim bagi seorang santri menanyakan mengapa ataupun bagaimana, baginya seorang santri hanya dituntut untuk patuh dan selalu melaksanakan apa kata titah orang tua.   Awalnya, Ahmad Syahroni terkejut tatkala sang kiai yang dihormatinya itu memintanya untuk segera menikah. Namun, ia sadar betul, dengan siapa dirinya menikah.
Setelah menikah mereka tinggal di rumah mereka.saat Aisyah selalu bangun malam untuk solat dan bersenandung ayat-ayat Al-Quran.  Pesantren merupakan awal pertemuan keduanya.


b.    Latar waktu 
Latar waktu digunakan dengan tujuan melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar waktu pada cerpen ini sangat erat kaitannya dengan latar tempat yang sudah dipaparkan sebelumnya. Latar waktu dalam cerpen ini dimulai pada waktu siang hari saat Ahmad mencuci kaki istrinya dan mengatakan dia tidak pernah menyesali menikahi istrinya.  malam hari saat Buyung sedang duduk bermenung di gubuk milik ayahnya dan pada saat  kiai menhgatakan tentang perjodohan dia dengan putrinya.
Dan pada saat malam hari ketika sang istri bangun dan di ikuti Ahmad menghabiskan malamnya dengan percikan senandung Alquran dan shalawat kepada kekasih-Nya.memohon agar mereka di karunia keturunan dari hasil cinta nya.

Secara umum latar waktu yang ditampilkan dalam cerpen ini meliputi siang dan malam hari. Latar tempat dan latar waktu di atas sangat berpengaruh terhadap alur cerita. Keduanya menunjukkan adanya kelogisan cerita karena setiap peristiwa tidak akan pernah terlepas dari latar tempat dan waktu.


4)   Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam cerpen. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang, maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema.
Aisyah adalah gadis yang mempunyai kekurangan putri pertama dari tiga bersaudara anak dari kiai Mudzir dia megalami lumpuh kaki total sehingga ke dua adiknyamelangkahinya untuk menikah dulu. Lalu dijodohkan dengan seorang santri kebanggaan ayahnya yaitu Ahmad Syahroni yang lapang dada ikhlas menerima perjodohan tersebut dengan tidak ada rasa kekhawatiran memilih walaupun dengan ke dua kaki Aisyah yang lumpuh. Bahkan Aiayah maupun Ahmad saling bersyukur setelah menikahi Aisyah Ahmad mendapat cibiran dari sekitar yang hanya ingin kekuasaan dan ingin menjadi penguasa namun semua itu tidak dipedulikannya dan berhusnuzhan.


Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam cerpen ini menyangkut permasalahan fisik dan tentang ketaatanMendekap Takdirmu” yang akhir-akhir ini seringkali melecehkan, menghina meremehkan kekurangan orang lain yang akan menimbulkan persenjagan silahtuhrahmi antara satu orang dengan orang lain.
Tokoh Aisyah sendiri merupakan seorang yang tabah sabar dan penurut yang tidak keberatan untuk di nikahkan dengan pilihan ayahnya.
Dan tokoh Ahmad sendiri merupakan seorang yang tidak melihat apa kekurangan seseorang dia akan melakukan hal yang selagi membuat dirinya akan menjadi lebih baik lagi walaupun dengan cibiran-cibiran yang di lempakan orang ke padanya.





 OBJEK PENELITIAN

Mendekap Takdirmu karya Hanafi Akbar
 “Aku tidak pernah menyesal menjadi suamimu, bidadariku,” seuntai kalimat yang meluncur tulus dari bibir Ahmad Syahroni menghujam dada sang istri sembari membersihkan kedua kakinya dengan penuh cinta.
Ahmad Syahroni, lelaki dengan mata sipit, berambut hitam membelah pinggir, berbibir tipis, berkulit putih sedang membersihkan telapak kaki istrinya, Aisyah Lathifah. Seorang istri yang dinikahinya enam bulan yang lalu. Perempuan yang sama sekali tidak dipercayainya akan menjadi teman hidupnya.
Ia merupakan mukjizat kesepian sang Adam menuju bumi pembaringan keturunannya bersama Hawa. Aisyah Lathifah sendiri merupakan anak ketiga dari putri kiai kampung, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Haurgeulis, Kiai Mundzir Mahmud.
Ahmad Syahroni adalah santri kebanggaan Kiai Mudzir. Kebanggaan yang mencuat dari dada sang kiai bukan karena kecerdasan dalam dirinya. Intelektualitas yang dibanggakan oleh pembual parung waktu. Bukan pula ketampanan yang membuat kedua mata perempuan asyik memandang terperangah. Kekaguman atas karismanya sebagai santri berprestasi yang membuat santriwati lupa dengan hafalannya. Ketertarikan sang kiai karena kepatuhanya serta hormat-takzimnya kepada sang kiai yang kurang begitu bisa dimiliki oleh santri lainnya.
Kiai Mundzir menjodohkannya dengan putrinya, Aisyah Lathifah. Entah apa yang membuat sang kiai menaruh kepercayaan kepada Syaroni untuk menjadi imam hidup putrinya. Rasanya tidak lazim bagi seorang santri menanyakan mengapa ataupun bagaimana, baginya seorang santri hanya dituntut untuk patuh dan selalu melaksanakan apa kata titah orang tua.
Aisyah adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kiai Mundzir tidak memiliki anak laki-laki. Dua adik Aisyah sudah menikah. Kedua adiknya menemukan pasangan hidupnya sesuai yang diinginkannya. Meskipun awalnya mereka berdua menolak untuk mendahului kakaknya dalam hal membangun rumah tangga, takdir berkata lain, belum ada yang mau meminang Aisyah Lathifah.
Bukan karena kecantikan yang dimilikinya atau bukan karena kecerdasannya sebagai putri kiai yang menguasai studi keilmuan agamanya, melainkan ketidaktertarikan lelaki kepadanya lantaran ia tidak memiliki fisik yang normal, kedua kakinya lumpuh total.
***
Awalnya, Ahmad Syahroni terkejut tatkala sang kiai yang dihormatinya itu memintanya untuk segera menikah. Namun, ia sadar betul, dengan siapa dirinya menikah. Dengan apa ia menghidupi rumah tangganya? Sedang ia belum bekerja dan masih berumur dua puluh dua tahun. Tak pernah terbetik dalam dirinya untuk menikah di usia muda, meskipun beberapa temannya di kampung sudah menikah dan mempunyai anak.
“Mad. Bapak mau cerita sama kamu,” ujar sang kiai kepada Ahmad Syahroni.
“Dulu ada seorang pemuda saleh dan sangat taat kepada Tuhannya dan mencintai agamanya dengan sepenuh hatinya. Tetapi, sang pemuda tersebut memiliki wajah buruk dan dipandang menjijikkan bagi yang memandangnya. Ia kemudian menikah dengan seorang perempuan yang sangat cantik, memiliki fisik yang sempurna, dan sangat anggun.
Keduanya berjalan-jalan menikmati udara pagi. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang ulama yang berpengaruh di desanya. Ulama memandangi kedua pasangan ini sambil tersenyum-senyum. Perempuan tersebut lantas terlihat risih dengan sikap sang ulama, dan bertanya, ‘Maaf, Tuan. Apa maksud tatapan seperti itu?’
Sang ulama menjawab, ‘Tidak ada maksud apa-apa. Maaf saudari. Mengapa Anda mau menikah dengan pemuda yang sangat beruntung ini?’ Perempuan tersebut dengan spontan menjawab, ‘Aku adalah perempuan yang kotor dan penuh dengan dosa, Allah menjadikannya imam hidupku sebagai penjemput pahalaku serta menjadikanku sebagai karunia atas ketaatannya kepada-Nya’.”
Melalui kisah sang Kiai, Ahmad terus berpikir dan merenung mengenai makna di balik ceritanya itu. Sampai pada akhirnya tak ada keraguannya sedikit pun untuk menikahi putri sang kiai. Cibiran yang datang selalu ditampiknya dengan biasa dan selalu berhusnuzhan. Bagaimana mungkin keputusanya untuk menikahi putri pertama kiai besar dianggap orang-orang sebagai upaya politik licik demi kekuasaan?
Alasan sang kiai yang tak memiliki anak laki-laki menjadi jalan untuk menghakiminya, kalau dirinya adalah santri penjilat yang akan dinobatkan sebagai pengganti kewibawaan kiai dan pemangku pondok pesantrennya. Tapi, Ahmad mencoba menyikapinya dengan enteng dan penuh dengan sifat ketidakmautahuan atas apa yang dicibirkan tentangnya.
***
Waktu menunjukkan sepertiga malam. Dingin. Menusuk. Selimut tebal sarung membalut manusia yang malas untuk bangun, ataupun membasuh wajah mereka dengan air wudhu serta menghabiskan malamnya dengan percikan senandung Alquran dan shalawat kepada kekasih-Nya.
Ahmad Syahroni terbangun. Ia mengusap wajahnya yang masih lusuh. Mengencangkan sarungnya kembali. Ia tak melihat sosok istri yang dipujanya. Tak ada tanda aroma tubuhnya yang khas. Dari bilik kamarnya terdengar suara dari ruang tamu yang begitu indah. Lirih dan sangat lembut. Ahmad Syahroni memperhatikannya dari jauh, kemudian mendekatinya dengan langkah pelan, tepat berada di belakang tubuh istrinya. Ia mendengarkan suara istrinya yang penuh dengan ketenangan dan penuh harap. Sang istri tak mengetahui keberadaan suaminya.
Ya Zakriyya innaa nubasyiruka bi-ghulaami ismuhu yahya lam naj’alahu min qabli samiyya. Qala rabbi anna yakuunuli ghulamun wa kaana imra’atii aaqiran wa qad balaghtu min al-kibari ‘ithiyya.”
“(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. Zakaria berkata: ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua)’.”
Aisyah membaca ayat 7-8 surah Maryam itu dengan tersedu-sedu, terdiam, kemudian menitikkan telaga beningnya yang tak sempat diusapnya.
Sudah sekian malam sang istri terus melantunkan ayat itu. Tak lama ia terdiam sambil mengusap air matanya. Ia tak tahu ihwal apa yang membuat sang istri begitu hanyut dengan ayat yang dibacanya. Muncullah dalam benak Ahmad untuk segera menenangkan hati sang istri tanpa harus bertanya mengapa dan bagaimana. Ayat yang dibacanya sudah menggerakkan hatinya. Aisyah begitu sangat mendambakan keturunan dari hasil buah cintanya selama ini.
***
Ahmad dengan spontan dan penuh hati-hati mendekap tubuh sang istri dari belakang. Ia mengembuskan napas hangat dalam setiap kelembutannya. Mengusap air mata istrinya dengan serban hitamnya. Ia mengambil Alquran yang digenggam istrinya, lalu meletakkannya di meja. Ia merenggut tangan sang istri sembari mengusapkan di wajahnya yang bening. Kecupan hangatnya mendarat tepat di tangan dan kening sang istri.
“Allah adalah segalanya, Dik. Tak ada yang dapat menentang takdir-Nya.
Kesungguhan kita dalam berikhtiar selalu menjadi pertimbanganya. Bukankah Allah berjanji tidak memperlambat doa hamba-Nya dan membuat mereka putus asa. Doa yang dipilih-Nya, bukan doa yang diinginkan hamba-Nya,” ungkap Ahmad sambil menaruh pipinya di pangkuan sang istri.
Aisyah terharu, dan rasa takut akan hasil pernikahannya semakin berlarian.
Kini, ia hanya menyaksikan wajah suaminya yang gagah dan sangat menaruh cinta terhadapnya. Begitu juga sebaliknya. Ia bersyukur Allah telah mengirimkan lelaki yang menerima apa dan bagaimana keadaannya.
Termasuk, dirinya yang belum menjadi kesempurnaan layaknya istri yang normal dan bisa memanjakan suaminya. Kondisi kedua kakinya yang tidak normal menjadi luka yang menyeramkan, dan hal itu akan berimbas pada rahimnya.Kemudian, Ahmad mengangkat tubuh sang istri dari kursi rodanya. Ia selalu berjanji untuk tetap bersamanya sampai kapan pun itu. “Allah masih menyimpan doa kita untuk memiliki keturunan, Dik. Malam ini Dia mempersaksikan malaikat untuk kita berikhtiar lagi, menumpahkan segala yang halal pada tubuh kita.” (*)

(Republika, 10 April 2016)




ANALISIS STRUKTUR DALAM DONGENG “SEMANGKA EMAS”

A.    SINOPSIS CERITA
 Di Sambas Kalimantan Barat tinggalah seorang saudagar. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Muzakir dan Dermawan. Muzakir ini mempunya sikap ang sangat rakus dan berbeda dengan Dermawan yang mempunyai sikap yang sangat yang sangat peduli dan selalu bersedekah kepada fakir miskin. Dengan sikap Muzakir yang kikir itu tentu ia tidak ingin menyumbangkan sedikit pun hartanya untuk yang membutuhkannya justru menurutnya akan cepat habis beda sekali dengan Dermawan yang rajin bersedekah dan harta Dermawan pun hampir habs karena setiap hari orang memita sedekah kerumahnya. Suatu hari ia enolong burung pipit yang sayapnya patah Dermawan menolongnya dan merawatnya setelah sembuh burung itu memberikan biji semangka kepada Dermawan lalu Dermawanpun menanamnya. Setelah buahnya besar ia memanenya tak di sangka teryata di dalam buah semangka tesebut berisi emas yang membuat Dermawan semangkin kaya. Mendengar berita tersebut Muzakir pun ikut menanam buah semnagka agar mendapatkan emas namun dilar dugaan setelah panen di dalam semangka tersebut berisi semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang baunya busuk.

B.     Analisis Data Dongeng “Semangka Emas”
a.    Struktur Dongeng
1)   Alur
Untuk menemukan struktur alur yang digunakan oleh pengarang di dalam dongeng ini, peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam cerpen. Rangkaian peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
1.Dua bersaudara yang memiliki kekayaan Muzakir dan Dermawan
2.Muzakir adalah pri kikir dedangkan Dermawan rajin bersedekah
3.Demawan sering kali bersedekah kepada orang miskin dan setiap hari fakir miskin tersebut datang yang membuat Dermawan menipis
4.suatu hari ia menolong burug pipit yang terluka sebagai pemberian terima kasih burung    tersebut memberikan biji semangka
5.lalu Dermaan menanamnya setelah berbuah ternyata isi semangka tersebut berisi emas yng sangat berlimpah.
6.Mendengar berita tersebut Muzakir ikut menanamnya setelah panen ternyata semangka tersebut berisi semburan lumpur hitam dan kotoran yang sangat busuk.


                                                                 
1                                                           6
 


Bagan diatas urutan dongeng “Semangka Emas”

Cerpen ini terdiri dari 6 sekuen yang pada saat penceritaan dan tidak terdapat sekuen pada sorot balik. Maka jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur maju. Pada bagian awal cerpen ini terlihat perbedaan dua saudara yangmemiliki sifat kikir yaitu Muzakir dan Dermawan yang memiliki sifat pemberi rajin bersedekah. Dengan seringnya membantu sesama suatu hari Dermawan menolong seokor burung pipit yang terluka atas rasa terima kasih burung tersebut ia memberikan biji seangka kepada Dermawan stelah itu Dermawan menanamnya lalu memanennya tak di sangka setelah ingin membuka semangka tersebut isi buah itu ternyata emas yang berlimpah. Mendengar berita tersebut Muzakir juga menenam buah semnagka yang sama namun tidak di duga setelah panen buah semangka yang di miliki Muzakir bukan berisi ema smelaikan semburuan lumpur sangat sangat busuk walaupun semangka Muzakir lebih di bandingkan Dermawan.


2)                  Penokohan
a. Darmawan adalah anak saudagar kaya yang memiliki hati yang sangat baik, peduli, suka menolong, suka berterima kasih, tidak sombong, tidak rakus. Bukan kekayaan yang membaut hidupnya bahagia namun dengan menberi ia dapat menolong sesama yang jauh lebih membutuhkan darinya. Bisa kita lihat cuplikan tersebut
“Dermawan yang selalu menyambut orang-orang miskin tersebut dengan senang hati dan ramah. Lama kelamaan harta Dermawan habis untuk menyedekahi orang-orang miskin tersebut yang hampir setiap hari datang ke rumah Dermawan. Suatu hari Dermawan menolong seekor burung yang sayapnya patah. Dermawan merawat burung pipit tersebut hingga burung itu dapat terbang kembali”.
b.      Muzakir juga anak saudagar yang kaya namun sifatnya sangat kebalikan dari saudranya Dermawa. Ia memiliki sifat kikir, sombong suka mengejek,tidak suka menolong, tidak peduli,  dan juga rakus harta.
“Uang bagian Muzakir disimpan di peti bila ada orang-orang orang miskin datang ia tidak mau memberi sedekah tetapi justru menghina orang miskin tersebut.
“Mendengar bahwa Dermawan kini kaya raya, Muzakir meniru tindakan Dermawan. Muzakir menolong burung yang sengaja ia patahkan sayapnya dengan sumpit. Ia juga merawat burung tersebut hingga burung tersebut dapat kembali terbang. Burung itu juga memberi biji kepada Muzakir. Ketika sudah dipanen Muzakir membelah semangka yang jauh lebih besar dibanding semangka milik Dermawan. Bukan emas yang ia dapatkan namun semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang baunya busuk.

c.       Saudagar adalah ayah dari kedua putra tersebut ia memiliki sifat adil yang menbagikan hartanya sama rata terhadap anak-anaknya tersebut.
d.      Burung Pipit ialah burung memili hati abaik dimana saat Derawan merawana saat sakit setelah sembuh ia memberikan hadiah kepada Dermawan yaitu biji semangka.

3)   Latar
Ruang lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa itu berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan, melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam latar itu. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh di dalam dongeng ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a.    Latar tempat
Sambas kalimantan barat merupakan ruang bergerak di dalam dongeng. Mengagambarkan keberadaan tokoh serta peristiwa yang dialami oleh tokoh.

b.    Latar waktu 
Latar waktu digunakan dengan tujuan melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi.. Latar waktu dalam cerpen ini dimulai pada waktu siang hari saat Dermawan menolong burung pipit yang terluka dan pada saat Dermawan dan Muzakir memanen semangkanya masing-masing.
Secara umum latar waktu yang ditampilkan dalam dongeng ini meliputi siang hari. Latar tempat dan latar waktu di atas sangat berpengaruh terhadap alur cerita. Keduanya menunjukkan adanya kelogisan cerita karena setiap peristiwa tidak akan pernah terlepas dari latar tempat dan waktu.


4)   Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam dongeng. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang, maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema.
Dermawan adalah laki-laki kaya yang baik hati rajin bersedekah dan peduli sesama. Dermawan setiap hari bersedekah. Suatu hari ia menolong burung pipit yang terluka dan untuk rasa teriama kasihnya burung tersebut memberikan biji semangka kepada dermawan dan setelah panen ternyata isi semangaka tersebut emas yang sangat banyak.
Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam dongeng ini menyangkut kepedulian sesama makhluk hidup yang tidak akan ada ruginya apalagi jatuh miskin bagi kita untuk saling tolong-menolong tentang “Semangka Emas”  yan seperti kita ketahui dengan bersedekah dan tolong-menolong justru akan menjamin hidup sejahtera.


OBJEK PENELITIAN
Semangka Emas
semangka emas
Pada zaman dahulu kala di Sambas Kalimantan Barat tinggalah seorang saudagar. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Muzakir dan Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikr sebaliknya Dermawan adalah orang yang sangat peduli dan selalu bersedekah kepada fakir miskin. Dermawan tidak rakus dengan harta dan uang. Sebelum meninggal saudagar tersebut membagi hartanya secara rata. Uang bagian Muzakir disimpan di peti bila ada orang-orang orang miskin datang ia tidak mau memberi sedekah tetapi justru menghina orang miskin tersebut. Berbeda dengan Dermawan yang selalu menyambut orang-orang miskin tersebut dengan senang hati dan ramah. Lama kelamaan harta Dermawan habis untuk menyedekahi orang-orang miskin tersebut yang hampir setiap hari datang ke rumah Dermawan.
Suatu hari Dermawan menolong seekor burung yang sayapnya patah. Dermawan merawat burung pipit tersebut hingga burung itu dapat terbang kembali. Beberapa hari kemudian burung tersebut kembali dan memberi sebutir biji kepada Dermawan walaupun biji tersebut hanya kecil Dermawan tetap menanamnya. Pada waktu panen tiba Dermawan memetik buah semangka yang sudah tumuh besar tersebut kemudian ia membelahnya. Saat ia membelah semangka besar tersebut tak disangka semangka tersebut berisi pasir kuning yang tak lain adalah emas murni. Dermawan pun mengucapkan terima kasih kepada burung pipit itu. Kini Dermawan hidup dengan berkecukupan ia memiliki rumah yang besar dan hartanya melimpah tetapi ia tetap memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan. Harta Dermawan kini tidak akan habis karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah.
Mendengar bahwa Dermawan kini kaya raya, Muzakir meniru tindakan Dermawan. Muzakir menolong burung yang sengaja ia patahkan sayapnya dengan sumpit. Ia juga merawat burung tersebut hingga burung tersebut dapat kembali terbang. Burung itu juga memberi biji kepada Muzakir. Ketika sudah dipanen Muzakir membelah semangka yang jauh lebih besar dibanding semangka milik Dermawan. Bukan emas yang ia dapatkan namun semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang baunya busuk.